Friday, April 15, 2016

LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERTUNJUKAN TARI GOLEK AYUN-AYUN YOGYAKARTA



A.    Hari/Tanggal Pengamatan   :
Minggu, 25 Oktober 2015
B.     Judul/Nama Tarian              :
Tari golek ayun-ayun Yogyakarta
C.    Pencipta/Koreografer           :
KRT. Sasminta Mardawa, Beliau Bernama asli Soemardjono atau akrab dipanggil Romo Sas. Mpu seni tari klasik gaya Yogyakarta ini, dilahirkan di Yogyakarta, 9 April 1929. Lahir dari pasangan Raden Bekel Mangoen Soerowibowo dan Suyatimah. Ayahnya seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta. Sejak kecil, Beliau sudah akrab dengan aktivitas berkesenian di lingkungannya. Di usia 13 tahun, Beliau sudah diarahkan ayahnya menjadi penari. Dibimbing guru tari Purbaningrat, untuk menjadi penari keraton.
Belajar menari terutama karena ingin mendalami etika orang Jawa dalam pergaulan sosial, selain pengolahan batin. Sejak Beliau giat belajar menari Beliau mengaku menjadi tahu unggah-ungguh, subasita, serta sopan-santun, dan secara batinpun Beliau menjadi terasah. Meski dalam pendidikan formal, Beliau hanya sempat meraih ijazah sekolah dasar. Namun hal itu tak menghalanginya belajar keras menjadi seorang penari klasik gaya Yogyakarta. Kegigihannya belajar tari, dalam usia muda membuatnya menjadi cepat dikenal sebagai penari Keraton Yogyakarta, baik untuk tarian putri maupun putra.
Semakin dewasa, Beliau semakin giat menggeluti jagat tari klasik gaya Yogyakarta. Bahkan ketika Beliau  berusia 17 tahun, Beliau sudah mulai menjadi pengajar tari di beberapa sekolah. Beliau mengajar banyak penari. Selain itu ia juga mengkreasi lebih seratus tarian klasik, gaya Yogyakarta baik tari tunggal untuk putra dan putri, maupun tari berpasangan dan tari fragmen. Tak hanya itu, sebagai penata tari, Beliau juga telah melakukan lawatan ke beberapa negara memperkenalkan tari klasik gaya Yogyakarta hasil kreasinya. Karya-karya tarinya yang sangat digemari antara lain tari Golek, Beksan, Srimpi dan Bedhaya.
Seniman tari yang berpenampilan sederhana dan perokok berat ini, dalam mengkreasi suatu karya tari selalu terlebih dahulu melakukan penyesuaian antara tari klasik gaya Yogyakarta yang akan di gubahnya dengan kondisi masyarakat modern. Beliau berani melakukan peringkasan dalam sebuah tarian ataupun fragmen. Namun peringkasan yang Beliau lakukan tidak mengganggu apalagi menghilangkan esensi tari atau fragmen tersebut. Langkah tersebut di tempuh agar tari klasik gaya Yogya tetap hidup dan digemari oleh masyarakat. Tahun 1962, Beliau mendirikan Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, sebuah yayasan yang khusus melestarikan dan mengembangkan tari klasik gaya Yogyakarta. Karya-karyanya juga banyak yang sudah diajarkan baik di bangku pendidikan formal di SMK 1 Yogyakarta maupun ASTI (kini ISI) Yogyakarta atau secara informal. Kendati tak punya ijazah sarjana, Beliau telah dipercaya menjadi dosen tamu di sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Beliau juga pernah tampil di Malaysia, Filipina, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa Negara di Eropa. Penghargaan pun mengalir sebagai bukti pengakuan atas karya-karyanya. Di antaranya Hadiah Seni dari Gubernur DIY tahun 1983, hadiah seni dari Mendikbud RI tahun 1985, dan Certificate of Apprecition dari Lembaga Kebudayaan Amerika tahun 1987.
Selain itu, suami dari Siti Sutiyah BA, yang merupakan bekas anak didiknya ini, juga mendapat Penghargaan dari almarhum Sri Sultan HB IX dengan memberinya kepercayaan kepadanya untuk menata perpaduan tari klasik gaya Yogya dengan tari klasik gaya Surakarta. Suatu hal yang semula dianggap tidak mungkin dilakukan. Kepercayaan tersebut tidak disia-siakan olehnya. Baginya memadukan tari gaya Yogya-Solo bukan hal yang sulit, sebab prinsipnya pola gerak, tarian serta gamelan adalah sama. Hanya pada bentuk-bentuknya yang berbeda. KRT. Sasmita Mardawa wafat 26 April 1996.
D.    Sinopsis/Alur Cerita              :
Tari Golek ayun-ayun dikatakan sebagai tarian yang menggambarkan remaja putri yang sedang berhias diri, atau bersolek. Memang di dalam tari Golek, ada bagian yang menggambarkan seorang perempuan yang sedang berhias diri, seperti: tasikan : memakai bedak, atrap cundhuk : memasang cundhuk, hiasan yang dipasang di sanggul atrap jamang : memasang jamang, semacam mahkota. atrap slepe : memasang sabuk, dolanan supe : memain-mainkan cincin, ngilo : berkaca. miwir rikma : merapikan rambut, semacam menyisir, dan lain-lain Yang terlihat (di panggung) memang orang yang sedang bersolek. Tarian ini menceritakan seorang gadis muda yang sedang beranjak dewasa dan senang mempercantik diri. Dengan lemah gemulai penari menggerakkan tangannya ada yang sedang seperti bersolek, ada juga yang seolah-olah memperlihatkan sedang menyulam, serta gerakan-gerakan lainnya
E.     Jumlah dan Jenis Kelamin Penari   :
Tarian golek ayun-ayun di kraton Yogyakarta saat pengamatan dilakukan oleh satu orang penari perempuan yang bernama Dewati.
F.     Jenis Tari Berdasarkan Bentuk Koreografinya    :
Tarian golek ayun-ayun ini merupakan jenis tarian tunggal karena tarian dilakukan oleh seorang penari (saat dilakukan pengamatan di kraton Yogyakarta.
G.    Rias (karakter)          :
Dari tata rias tari golek ayun-ayun menggambarkan karakter senang.
H.    Kostum dan assesoris            :
      Deskripsi Busana dan Asesoris
No.
Nama Unsur Busana
Deskripsi
1.
Jarik
Kain bermotif batik berbentuk segi panjang yang mempunyai ukuran 3x1,5 meter. Jarik berfungsi sebagai penutup tubuh bagian bawah. Penggunaannya dengan cara dililitkan pada tubuh kemudian bagian tepinya disisakan untuk diwiru pada kaki bagian kiri.
2.
Stagen
Kain bentuk persegi panjang dengan ukuran panjang ±3meter yang diguanakan untuk melekatkan jarit agar tidak mudah lepas dan kencang. Penggunaannya setelah memakai jarit dengan cara dililitkan ke tubuh secara kencang agar tidak mudah lepas.
3.
Rompi Bludru
Kain bludru yang dijahit dengan bentuk rompi (baju tanpa lengan) yang permukaannya seperti bulu-bulu halus yang lembut dan dihiasi dengan mute kecil-kecil dengan motif bunga. Penggunaannya setelah memakai jarit dan stagen, dengan cara dikaitkan kancingnya.
4.
Sampur
Kain bentuk persegi panjang dengan motif batik yang digunakan untuk property menari. Penggunaanya setelah memakai rompi bludru dengan cara diikatkan ke pinggang kemudian dipakaikan sabuk
5.
Slepe/Sabuk
Alat yang berbahan kaku dan dihiasi mute-mute di sepanjang tepinya, dengan bulatan berbahan perunggu sebagai pengkaitnya. Penggunaannya setelah memakai sampur, kemudian sabuk dililitkan ke pinggang kemudian dikaitkan.
6.
Gelang Tangan
Perhiasan yang terbuat dari perunggu, kuningan dan sebagainya, yang dihiasi dengan berlian-berlian yang berkilau, digunakan untuk menghiasi pergelangan tangan. Penggunaannya setelah semua kostum dikenakan.
7.
Gelang Bahu/klat bahu
Perhiasan yang terbuat dari kulit kerbau yang dihiasi dengan mute-mute berwarna emas, digunakan untuk menghiasi bahu. Penggunaannya setelah semua kostum dikenakan, dengan cara diikatkan ke bahu.
8.
Subang
Perhiasan yang terbuat dari perunggu, kuningan dan sebagainya, yang dihiasi dengan berlian-berlian yang berkilau dan mute-mute berwarna keemasan yang berbentuk bulat, digunakan untuk menghiasi kedua telinga. Penggunaannya setelah semua kostum dikenakan dengan cara dikaitkan pada telinga.
9.
Kalung
Perhiasan berbentuk tiga tingkatan bulan sabit yang terbuat dari perunggu, kuningan dan sebagainya, yang dihiasi dengan berlian-berlian yang berkilau, digunakan untuk menghiasi pergelangan tangan. Penggunaannya setelah semua kostum dikenakan.
10.
Sumping
Hiasan yang terbuat dari kulit kerbau dan dihiasi mute-mute berwarna emas yang digunakan untuk menghias telinga setelah dibentuk godeg dan dipasangi anting-anting. Cara pemakaiannya yaitu dengan cara dipasangkan pada cuping telinga. Penggunaanya setelah semua kostum dikenakan.
11.
Jamang
Hiasan kepala dengan lancur atau bulu.
12.
Ceplok jebehan
Hiasan bunga yang terbuat dari kain saten atau beludru yang diletakkan pada gelungan kepala.
13.
Sinyong
Visualisasi dari rambut yang diikat seperti bentuk sanggul yang terbuat dari kain saten atau beludru.
14.
Pelik
Visualisasi  bunga melati yang terbuat dari kertasyang ditengahnya diberi ketep.
15.
Cunduk menthul
Perhiasan seperti cundhuk seperti bentuk bunga yang bisa bergerak seperti pir atau bahasa jawa menthul-menthul. Perhiasan ini dikenakan pada sanggul, bahannya terbuat dari emans atau tiruan emas.





















I.       Iringan yang digunakan (internal/eksternal)          :
Iringan tari Golek Ayun-Ayun adalah gending ayun-ayun wirama 1,2, dan 3.
J.      Bentuk dan Setting Panggung         :
Bentuk setting panggung yang digunakan yaitu berbentuk pendapa.
K.    Tata Pencahayaan    :
Tata pencahayaan dalam pementasan yang dilakukan di kraton Yogyakarta saat pengamatan adalah general.
L.     Lamanya Pementasan          :
Tari golek ayun-ayun ditampilkan dengan durasi 12 menit.
 M.   Properti yang digunakan     :
Pada tari golek ayun-ayun properti yang digunakan adalah sampur, yang telah diikatkan ke pinggang yang merupakan bagian dari busana tari.
N.    Keunikan pada tari golek ayun-ayun         :
Golek ayun-ayun merupakan tarian klasik jogja, sehingga hal yang unik dari tarian ini adalah koreografinya atau gerakan tarinya. Karena gerakan-gerakan sangat indah dan tidak membuat orang bosan untuk melihatnya.







LAMPIRAN

Description: https://scontent-hkg3-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xaf1/v/t1.0-9/282275_140555949465950_878359123_n.jpg?oh=02bc5a6ba41cc6699f27a283dfec5f41&oe=5688C7A7
KRT. Sasminta Mardawa pencipta tarian Golek Ayun-Ayun





Tari Golek diawali dan diakhiri sembahan dalam posisi bersila, gambar di atas adalah jengkeng sesudah bersila

Gerakan tinting



Tasikan (gerakan memakai bedak)

Antrap jamang

Gerak seblak


Foto saat wawancara dengan penari

No comments:

Post a Comment